Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018

Ketika seorang guru mencari berkah muridnya

Suatu hari Imam Syafi’i yang saat itu berada di Mesir memanggil seorang muridnya yang bernama Rabi’ bin Sulaiman. Rabi’ ini terkenal sebagai periwayat karya-karya Imam Syafi’i. Hampir semua karya Imam Syafi’i yang sampai pada zaman ini melalui Rabi’ bin Sulaiman. Kepadanya Imam Syafi’i berkata, “Wahai Rabi’, Ini suratku. Pergilah dan sampaikan surat ini kepada Abu Abdillah (panggilan Imam Ahmad bin Hanbal). Sesampai di sana kamu tunggu jawabannya dan sampaikan padaku.” Setelah menerima perintah itu Rabi’ segera bergegas menuju Baghdad. Di sana ia berjumpa dengan Imam Ahmad bin Hanbal saat shalat Shubuh. Setelah Imam Ahmad keluar dari mihrab, Rabi’ menyampaikan surat tadi sambil berkata, “Ini surat saudara Anda, As-Syafii dari Mesir.” Imam Ahmad bertanya, “Engkau telah tahu isinya ?” Rabi’ menjawab, “belum.” Kemudian Imam Ahmad membuka surat tersebut dan membacanya sambil berlinangan air mata. Rabi’ yang penasaran kemudian bertanya, “Apa isinya, Wahai Abu Abdillah ?” Imam Ahmad menjela

PENYAKIT AIN

Ain secara bahasa diambil dari kata  ‘ana- ya’inu  artinya apabila menatapnya dengan matanya. Adapun secara istilah, penyakit ‘Ain adalah penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata,yaitu pandangan mata yang disertai rasa takjub atau bahkan  iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya. Ibnul Atsir  rahimahullah  berkata, يقال: أصَابَت فُلاناً عيْنٌ إذا نَظر إليه عَدُوّ أو حَسُود فأثَّرتْ فيه فمَرِض بِسَببها “Dikatakan  bahwa Fulan terkena ‘ Ain , yaitu apa bila musuh atau orang-orang dengki memandangnya lalu pandangan itu mempengaruhinya hingga menyebabkannya jatuh sakit”. ( An Nihayah , 3/332) Al Hafidz Ibnu Hajar  rahimahullah  berkata, والعيْنُ نَظَر بِاسْتِحْسَان مَشُوب بِحَسَد مِنْ خَبِيثِ الطبْعِ يَحْصُلُ لِلْمَنْظُورِ مِنْهُ ضَرَرٌ “Dan ‘ain itu adalah pandangan suka disertai hasad yang berasal dari kejelekan tabiat, yang dapat menyebabkan orang yang dipandang itu tertimpa suatu bahaya”. [ Fathul Bari , 10/200] عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَالَ رَ

Keutamaan Majlis Dzikir

Dalam hadits qudsi, dari Abu Hurairah, Rasulallah saw. bersabda : Allah swt.berfirman : اَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْـدِي بِي, وَاَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكـرُنِي, فَإنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي وَإنْ ذَكَرَنِي فِي مَلاَءٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلاَءٍ خَيْرٍ مِنْهُ وَإنِ اقْتَرَبَ اِلَيَّ شِبْرًا اتَقَرَّبْتُ إلَيْهِ ذِرَاعًا وَإنِ اقْتَرَبَ إلَيَّ ذِرَاعًا اتَقـَرَّبْتُ إلَيْهِ بَاعًـا وَإنْ أتَانِيْ يَمْشِيأتَيْتُهُ هَرْوَلَة. Aku ini menurut prasangka hambaKu, dan Aku menyertainya, dimana saja ia berdzikir pada-Ku. Jika ia mengingat-Ku dalam   hatinya, maka Aku akan ingat pula padanya dalam hati-Ku, jika ia mengingat-Ku didepan umum, maka Aku akan mengingatnya pula didepan khalayak yang lebih baik. Dan seandainya ia mendekatkan dirinya kepada-Ku sejengkal, Aku akan mendekatkan diri-Ku padanya sehasta, jika ia mendekat pada-Ku sehasta, Aku akan mendekat- kan diri-Ku padanya sedepa, dan jika ia datang kepada-Ku berjalan, Aku akan datang kepadanya dengan berlari” . (HR. Buk

Syetan menggoda Dari segala arah

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ “Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). “ (QS AlAraf 17) Ayat diatas merupakan pernyataan iblis bahwa dia akan berjuang dengan segala kemampuannya untuk menyesatkan manusia akibat rasa sakit hatinya karena dinyatakan tersesat oleh Allah. Usaha dan tipu daya iblis ini akan dilakukan dengan segala kemampuan yaitu dari arah depan, belakang, kiri dan kanan, seperti yang dia utarakan pada ayat sebelumnya. “Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku pun benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus.” Menurut penjelasan Imam At Thobari tentang ayat ini, iblis mendatangi manusia dari semua arah kebaikan dan keburukan. Dia memalingkan manusia dari yang haq dan menganggap baik setiap yang

Hukum Rajah, wifiq, Jimat ruqyah dll

Rajah atau Jimat atau dalam bahasa Arabnya tamimah sebenarnya secara asal adalah jimat penjaga yang ditulis dan dikalungkan pada anak kecil untuk menangkal penyakit ‘ain[1]. Namun, pengertian itu semakin luas dan melebar sehingga setiap jimat penjagaan apa pun bentuknya adalah dinamakan tamimah. Jimat ini pun tidak luput dari penilaian syirik dari sebagian jamaah takfir, dengan mengambil dasar hadits shahih riwayat Ahmad berikut: إِنَّ الرُّقَى وَالتَّمَائِمَ وَالتِّوَلَةَ شِرْكٌ “Sesungguhnya suwuk (rukyah), jimat dan pengasihan adalah syirik.” Penilaian seperti itu adalah bentuk penilain yang tergesa-gesa serta tidak di dasari pemahaman yang baik. Anehnya lagi mereka kadang hanya memahami hadits lewat terjemahan dan kemudian tanpa pemikiran yang obyektik ikut berkomentar memberi hukum tanpa memperhatikan sama sekali pendapat-pendapat ulama terpercaya. Imam al-Munawi menjelaskan, menggunakan rukyah (kecuali yang syar’iyyah), jimat dan pelet (pengasihan) dianggap syirik sebagaiman

Ruqyah syariyah

Ruqyah merupakan suatu metode pengobatan dengan menggunakan bacaan-bacaan yang bersumber dari Al- Qur’an dan hadist agar terhindar dari gangguan jin maupun syaitan dan bisa juga dilakukan untuk mencapai apa-apa yang diinginkan, baik itu perkara di dunia maupun di akhirat. Ruqyah juga bisa dikatakan sebagai tawassul (perantara) untuk memohon sesuatu dari Allah SWT. Rasulullah Shalallahu Alaihi wassalam bersabda : اقرؤوا القرآن وسلوا الله به قبل أن يأتي قوم يقرءون القرآن فيسألون به الناس Artinya “ Bacalah Al-Quran dan bertawassul-lah pada Allah dengan bacaan tersebut sebelum suatu kaum datang membaca Al Quran dan meminta pada manusia.  (HR. Ahmad) من قرأ القرآن فليسأل الله به، فإنه سيجيء أقوام يقرءون القرآن يسألون به الناس Artinya  “ Barangsiapa membaca Quran, maka mintalah pada Allah dengan bacaan tersebut. Akan datang beberapa kaum yang membaca Al-Quran kemudian meminta pada manusia dengan bacaannya itu.  (HR. Tirmidzi) Metode pengobatan ruqyah pada dasarnya sudah ada jauh sebelu