Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2018

HAKEKAT ARTI LA ALAKUM TATTAQUN

Pengertian  la’alla Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang memuat kata  la’alla  ( لعل ). Setahu kami, di dalam Al-Qur’an, kata la’alla  dipergunakan dalam berbagai bentuk dengan intensitas kemunculan berbeda-beda, yaitu: la’alla  (3 kali),  la’alliy  (6 kali), la’allana  (1 kali),  la’allaka  (2 kali), la’allakum  (59 kali),  la’allahu  (3 kali), dan  la’allahum  (40 kali), atau total 114 kali. Ini hanyaperhitungan kasar, dan mungkin ada yang terlewat. Salah satu penggunaan  la’alla  yang terkenal adalah  la’allakum tattaqun , yang terdapat di penghujung “Ayat Puasa”, yakni surah al-Baqarah: 183. Secara bahasa, makna  la’alla  antara lain disitir oleh Ibnu Manzhurdalam kamus  Lisanul ‘Arab , sbb: “ Menurut al-Jauhari,  la’alla  adalah kata yang menunjukkan keraguan ( syakk ). Aslinya  ‘alla , sedangkan huruf  lam  pada permulaannya adalah tambahan … kata  la’alla sangat sering muncul dalam hadits, dan ia adalah kata yang menunjukkan pengharapan ( raja’ ), keinginan ( thama’ ), serta kera

Makna qiroah, tilawah dan tartil

Tiga Sarana Pokok dalam Berinteraksi dengan Al-Qur'an Berinteraksi dengan al-Qur’an tak bisa lepas dari tiga sarana pokok: qira’ah ,  tilawah , dan  tartil . Masing-masing merupakan  thariqah  yang berbeda, namun bersinggungan satu sama lain pada titik-titik tertentu, sehingga tidak bisa dilepaskan atau dipergunakan secara mandiri tanpa melibatkan lainnya. Tiga kosakata Al-Qur'an diatas biasanya diterjemahkan dengan "membaca" dalam bahasa Indonesia. Untuk membuktikannya, Anda bisa melihat bagaimana terjemahan 3 kata ini dalam surah al-‘Alaq ( iqra’ bismi rabbika ), al-Jumu’ah ( yatlu ‘alaihim ayatina ), dan al-Muzzammil ( wa rattilil Qur’ana tartiila ). Ketiga surah ini sudah sangat dikenal dalam kajian SNW (Sistematika Nuzulnya Wahyu). Secara umum, menerjemahkan ketiganya sebagai "membaca" adalah benar, namun tidak lengkap. Dalam penggunaan bahasa Arab maupun al-Qur'an sendiri, ketiganya terkadang bisa saling menggantikan. Namun, dengan meneliti kamu

RUQYAH

بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ Perlu disadari bahwa sihir dan jin adalah hal yang nyata bukan sekedar dongeng atau cerita saja. Karena Allah telah berfirman dalam Surat Al Falaq: بِسۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيمِ قُلۡ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلۡفَلَقِ (١) مِن شَرِّ مَا خَلَقَ (٢) وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (٣) وَمِن شَرِّ ٱلنَّفَّـٰثَـٰتِ فِى ٱلۡعُقَدِ (٤) وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (٥ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, (1) dari kejahatan makhluk-Nya, (2) dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, (3) dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul [1], (4) dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki (5)”. Karena Allah telah memberikan kita doa untuk perlindungan dari hal tersebut, maka berarti hal itu adalah nyata. Selain itu, Allah juga menerangkan dalam surat Al-An’am ayat 128 yang berbunyi; وَيَوۡمَ يَحۡشُرُهُمۡ

Asal-usul Adzan dan iqomah

عن عَبْدِ اللهِ بْنِ زَيْدٍ بْنِ عَبْدِ رَبّهِ قَالَ: لَمَّا اَجْمَعَ رَسُوْلُ اللهِ ص اَنْ يَضْرِبَ بِالنَّاقُوْسِ يَجْمَعَ لِلصَّلاَةِ النَّاسَ وَ هُوَ لَهُ كَارِهٌ لِمُوَافَقَتِهِ النَّصَارَى طَافَ بِى مِنَ اللَّيْلِ طَائِفٌ وَ اَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ عَلَيْهِ ثَوْبَانِ اَخْضَرَانِ وَ فِى يَدِهِ نَاقُوْسٌ يَحْمِلُهُ، قَالَ، فَقُلْتُ لَهُ: يَا عَبْدَ اللهِ، اَتَبِيْعُ النَّاقُوْسَ؟ قَالَ: وَ مَا تَصْنَعُ بِهِ؟ قُلْتُ: نَدْعُوْ بِهِ اِلَى الصَّلاَةِ. قَالَ: اَفَلاَ اَدُلُّكَ عَلَى خَيْرٍ مِنْ ذلِكَ؟ قَالَ: فَقُلْتُ: بَلَى. قَالَ: تَقُوْلُ: اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. حَيَّ عَلَى الصَّلاَةِ. حَيَّ عَلَى اْلفَلاَحِ. حَيَّ عَلَى اْلفَلاَحِ. اَللهُ اَكْبَرُ اَللهُ اَكْبَرُ. لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ. قَالَ: ثُمَّ اسْتَأْخَرْتُ غَيْرَ بَعِيْدٍ قَالَ: ثُمَّ تَقُوْلُ اِذَا اَق

Abajadun rumus kalah menang

Prediksi Falakiyah terhadap Kalah-Menang Dalam Perpolitikan Akhir-akhir ini bangsa Indonesia, khususnya para politisi, sedang sibuk mengosong Capres dan Cawapres. Siapakah di antara mereka yang akan memang menjadi Presiden RI? Pala ulama terdahulu dalam kitab-kitab klasiknya seperti Mujarrbat Imamiyah dan Syamsul Ma’arif, telah membuat rumus-rumusan antara lain tentang Menang dan Kalah dalam perpolitikan dan kekuasaan. Berikut ini salah satu rumus dan Cara menghitungnya: Hitunglah, misalnya dua nama calon wapres, berdasarkan huruf ABJADUN: Untuk mengetahui kalah dan menang antara dua perlawanan, jumlahkan masing-masing namanya kemudian dibagi 9 (sembilan): (A) Jika jumlah sisanya beda dan keduanya genap, maka angka yang lebih kecil menang. (B) Jika jumlah sisanya beda dan keduanya ganjil, maka angka yang lebih kecil menang. (C) Jika jumlah sisanya beda, yang satu genap dan yang lain ganjil, maka angka yang besar menang. (D) Jika jumlah sisanya sama dan kedua gen