Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kajian ABAJADUN

Gambar
ILMU HURUF              Untuk mempelajari huruf hijaiyah tentu kita harus mengetahui terlebih dahulu huruf-hurufnya. Huruf hijaiyah terbagi menjadi 28 makhraj  (pengucapan huruf). Jika selama ini kita mengenal susunan huruf Arab dari ALIF sampai YA (A-Ba-Ta-Tsa), itu adalah urutan huruf Arab yang disusun dan dikelompokkan menurut kemiripan bentuknya. Namun sebenarnya urutan huruf Arab yang sesungguhnya adalah dari ALIF sampai GHAIN (A-Ba-Ja-Dun atau disingkat ABJAD). Perhatikan susunan huruf hijaiyah dibawah ini.   Dalam ilmu hikmah yang akan kita pelajari, tentu saja urutan huruf Hijaiyah yang dipakai adalah Susunan  Abjad  atau disebut juga dengan istilah  Kaidah Abjadiyyah . Dimana dalam kaidah Abjadiyyah ini, setiap huruf memiliki nilai numerik (angka). Apa itu nilai numerik?  Angka yang kita kenal sekarang yaitu angka 1, 2, 3 dan seterusnya sebenarnya dikenal belum lama oleh manusia. Sebelum ada angka-angka tersebut (1,2,3 dst) orang melakukan penghitungan berdasarkan simbol

Harta anak adalah Milik orang tua juga

Jika orang tua mengambil harta anak maka tidak boleh bagi anak untuk menuntut orang tuanya agar mengembalikannya. Jika ternyata orang tua mengembalikannya maka a lhamdulillah .  Namun jika tidak mengembalikan harta tersebut, maka itulah hak orang tua. عن عائشة عن النبي صلى الله عليه و سلم أنه قال ” ولد الرجل من كسبه من أطيب كسبه فكلوا من أموالهم “ Dari Aisyah dari Nabi  shalallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “ Anak seseorang itu termasuk jerih payah orang tersebut bahkan termasuk jerih payahnya yang paling bernilai , maka makanlah sebagian harta anak .” (HR. Abu Daud, no.3529) إن من أطيب ما أكل الرجل من كسبه وولده من كسبه Nabi  shalallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, “ Seenak-enak makanan yang dimakan oleh seseorang adalah hasil jerih payah nya sendiri dan anak seseorang adalah termasuk jerih payahnya . ” (HR. Abu Daud)) عن جابر بن عبد الله أن رجلا قال يا رسول الله إن لي مالا وولدا. وإن أبي يريد أن يجتاح مالي. فقال: ( أنت ومالك لأبيك ) Dari Jabir bin Abdillah, ada seoran

Hikmah dibalik Musibah

Do'a yang diajarkan Nabi Muhamad ketika ditimpa musibah. قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أصاب أحدكم مصيبة فليقل إنا لله وإنا إليه راجعون اللهم عندك احتسب مصيبتي فأجرني عليها وأبدلني بها خيرا منها Rasulullah saw. bersabda:  “Jika salah satu di antara kalian mendapatkan musibah, maka ucapkanlah; “Sesungguhnya kami milik Allah dan kami kembali kepada-Nya, “Allahumma ‘indaka ahtasibu mushibatii, fa ajirnii ‘alaihaa waabdilnii bihaa khairan minhaa. Ya Allah kepada-Mu saya ikhlaskan musibah yang menimpaku, maka berilah pahala kepadaku atas musibah ini, dan berilah saya ganti yang jauh lebih baik . Inilah indahnya kehidupan bagi orang yang beriman. Ujian, bencana dan bala akan menggugurkan dosa-dosa dan sekaligus mengangkat derajatnya. Tidak sia-sia, tegantung ia meresponnya. Dari Aisyah ra. ia mendengar Rasulullah saw. bersabda: عن عائشة قالت سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول   « مَا مِنْ مُؤْمِنٍ تَشُوكُهُ شَوْكَةٌ فَمَا فَوْقَهَا إِلاَّ حَطَّ اللَّهُ عَنْهُ خَطِيئَةً وَرَ

Hikmah Menutup Aib sendiri dan orang lain

Islam adalah agama yang sangat indah. Ia mengajarkan umatnya untuk tidak membuka aib orang lain yang hanya akan membuat orang tersebut terhina. Islam memerintahkan umatnya untuk menutupi aib saudaranya sesama muslim. Dan bagi mereka yang mau menutupi aib saudaranya tersebut, ada 3 keutamaan yang bisa ia dapatkan sebagaimana hadits-hadits berikut ini: 1. Allah akan menutupi aibnya di akhirat kelak لَا يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلَّا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "Tidaklah seseorang menutupi aib orang lain di dunia, melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat kelak." (HR. Muslim) مَنْ سَتَرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ فِي الدُّنْيَا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ "Barangsiapa menutupi (aib) saudaranya sesama muslim di dunia, Allah menutupi (aib) nya pada hari kiamat." (HR. Ahmad) Sebaliknya, siapa yang mengumbar aib saudaranya, Allah akan membuka aibnya hingga aib rumah tangganya. مَنْ سَتَرَ عَوْرَةَ أَخِيهِ الْمُسْلِمِ سَتَرَ اللَّ