SALAH SATU BUKTI KECERDASAN SAYIDINA ALI KAROMALLAHU WAJHA.
Kisah yang terdapat didalam kitab Al Mawaidzul Usfuriyah menceritakan
Setelah orang-orang khowarij mendengar sabda Nabi yang isinya menyanjung Ali bin Abu Tholib
( Sabda Nabi " akuadalah kotanya Ilmu dan Ali adalah pintunya )
Mereka bermusyawarah dan memutuskan akan mengirim sepuluh orang dengan
masalah (pertanyaan) yang sama. Jika Ali memberikan jawaban yang sama
walau dengan pertanyaan yang sama, maka sebenarnya Ali ‘tidak pantas’
menyandang gelar sebagai pintunya ilmu sebagaimana disabdakan Nabi SAW.
1. Orang pertama datang menghadap Ali dan berkata, “Wahai Imam Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta??”
“Ilmu” Kata Ali.
“Mengapa ilmu lebih utama??” Katanya.
Maka Ali berkata, “Sesungguhnya ilmu itu warisan para Nabi, sedangkan harta itu warisan dari Qarun, Fir’aun, Hammam, Syaddad dan lain-lainnya!!”
Orang
pertama itu membenarkan dan berlalu pulang. Tentu saja jawaban Ali
tersebut bersifat umum, karena ada juga orang yang diberikan kelimpahan
harta, dan bisa memanfaatkan dengan baik untuk kemanfaatan hidupnya
sesudah mati, baik di alam kubur, terlebih lagi di alam akhirat.
Misalnya saja Ummul Mukminin Khadijah, istri Nabi SAW, Abu Bakar ash
Shiddiq, Utsman bin Affan, Abdurrahman bin Aus, Qais bin Sa’d bin
Ubadah, dan beberapa sahabat lainnya (Lihat kisah-kisah beliau dalam
laman "Percik Kisah Sahabat Nabi Muhammad SAW"). Intinya, jika harta itu
berada di tangan orang yang dermawan dan sangat perduli pada kaum fakir
miskin, maka kedudukan harta tidak kalah utamanya dibandingkan ilmu.
2.
Orang ke dua datang menghadap Ali dengan pertanyaan yang sama, dan Ali
menyatakan ilmu lebih utama daripada harta. Tetapi ia menyampaikan
alasan yang berbeda, “Ilmu akan menjagamu, sedangkan harta, engkau yang harus menjaganya!!”
Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
3.
Ketika orang ke tiga datang dengan pertanyaan yang sama, Ali memberikan
jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Pemilik
ilmu banyak sekali sahabatnya (dan murid-muridnya), sedang pemilik
harta akan banyak sekali musuhnya (dan orang yang bermanis muka hanya
untuk memperoleh pemberiannya, walau mungkin di dalam hati
membencinya)!!”
Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
4.
Ketika orang ke empat datang dengan pertanyaan yang sama, Ali
memberikan jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Ilmu akan bertambah jika engkau gunakan, sedangkan harta akan berkurang jika engkau menggunakannya!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
5.
Ketika orang ke lima datang dengan pertanyaan yang sama, Ali memberikan
jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Pemilik
ilmu akan selalu dihormati dan dimuliakan karena ilmunya, tetapi
pemilik harta, akan ada saja yang memanggilnya sebagai si pelit, karena
ia tidak memperoleh bagian dan manfaat dari harta tersebut!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
6.
Ketika orang ke enam datang dengan pertanyaan yang sama, Ali memberikan
jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Pemilik
harta harus selalu hati-hati dan menjaga agar tidak diambil oleh
pencuri, sedang pemilik ilmu tidak perlu menjaganya!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
7.
Ketika orang ke tujuh datang dengan pertanyaan yang sama, Ali
memberikan jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya,
“Pada hari kiamat, pemilik harta harus susah payah
mempertanggung-jawabkan hartanya, sedangkan pemilik ilmu akan memperoleh
syafaat dari ilmu yang dimilikinya (dan diamalkannya)!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
8.
Ketika orang ke delapan datang dengan pertanyaan yang sama, Ali
memberikan jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Jika dibiarkan dalam waktu yang lama, harta akan menjadi aus dan rusak, sedangkan ilmu tidak akan menjadi aus dan lenyap!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
9.
Ketika orang ke sembilan datang dengan pertanyaan yang sama, Ali
memberikan jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya,
“Harta bisa membuat hati menjadi keras dan akhirnya bersifat bakhil
(karena terlalu cintanya kepada harta), sedangkan ilmu akan selalu
menjadi penerang dan penyejuk hati!!” Orang itu membenarkan Ali dan berlalu pulang, menyampaikan jawaban Ali kepada mereka yang menyuruhnya.
10.
Dan akhirnya orang ke sepuluh datang dengan pertanyaan yang sama, Ali
memberikan jawaban yang sama pula, kemudian ia menyampaikan alasannya, “Pemilik ilmu akan diberi gelar sebagai ilmuwan, sedangkan pemilik harta akan dipanggil atau digelari Tuan Besar!!”
Tampaknya
Ali mengetahui (dengan ilham dari Allah, atau dari analisa pikirannya)
niat dari orang-orang yang datang dengan pertanyaan yang sama tersebut,
dan kepada yang terakhir datang itu, Ali berkata, “Andaikata kalian
mengirim lebih banyak lagi orang dengan pertanyaan yang sama, pastilah
aku akan memberikan alasan yang berbeda selagi aku masih hidup!!”
Memang,
keutamaan ilmu atas harta tidak sepuluh itu saja, masih banyak lagi.
Misalnya, pertanyaan akhirat (yaumul hisab) atas ilmu hanya satu, yakni
apa dan bagaimana ilmu itu diamalkan? Sedangkan atas harta ada dua,
pertama darimana dan bagaimana diperoleh harta tersebut diperoleh? Dan
kedua, kemana dan bagaimana harta tersebut diamalkan (dibelanjakan)?
Misalnya lagi, ketika seseorang meninggal, ilmu akan menemani pemiliknya
hingga masuk kubur, bahkan bisa menjadi teman dan penolongnya
menghadapi malaikat, tetapi harta hanya akan mengantarnya hingga ke
pintu pemakaman, atau sampai ia diurug dengan tanah, setelah itu akan
menjadi milik ahli warisnya. Dan masih banyak lagi yang bisa dikupas
dari berbagai hadits-hadist Nabi SAW.
Setelah
kembali dan menyampaikan pesan tersebut, mereka (kaum Khawarij itu)
berkhidmad kembali kepada Ali bin Abi Thalib dan memperbaiki
keislamannya dengan bimbingan beliau.
al Mawaidzul Usfuriyah
Komentar
Posting Komentar